Senin, 28 Mei 2012

Siapkah kita menjadi seorang pemimpin?

Oleh: Faisal Rachman dan Seftianty Saepul (Calon Ketua dan Wakil Ketua Himas)


Tiap manusia ialah seorang pemimpin dan tiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya. Sepenggal kalimat yang sering kita dengar di berbagai kondisi jika kita membahas soal pemimpin. Dia lah pengemban amanah, karena memimpin itu buka soal kekuasaan tapi soal pengembanan amanah yang baik juga. Harus ada seorang yang mengambil amanah tersebut. Pemimpin ialah pucuk tertinggi dari sebuah entitas, entah itu organisasi, rumah tangga, perusahaan, pekerjaan, dll. Dia lah pula lah yang bertanggung jawab atas segala pengambilan keputusan yang dilakukan oleh entitas tersebut. Seorang pemimpin yang baik ialah seorang pendengar yang sangat baik juga. Selain itu ada 3 kriteria yang akan kami angkat dalam essay ini untuk menjadi seorang pemimpin yang adil dan ideal, yaitu Cerdas Spiritual, Cerdas Emosional, dan Cerdas Intelektual.
Seorang pemimpin dalam sebuah organisasi  ialah pengambil keputusan tertinggi dan juga panutan bagi bawahannya. Oleh karena itu seorang pemimpin harus menularkan sesuatu yang mengarah pada hal positif di tiap tindakannya.  Tidak ada pemimpin manapun di dunia ini yang bisa menyelesaikan semua masalahnya sendiri bahkan dengansekumpulan tim homo sapiens terkuat yang dia bentuk, kenapa? karena banyak hal di dunia ini yang jauh sekali dari nalar kita sebagai manusia. Banyak masalah yang sebenarnya tidak bisa dipecahkan sendiri oleh kekuatan manusia, sekuat apapun dia. Manusia PASTI butuh Tuhan, untuk bersandar, mengadu, dan meminta. Karena Dia-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Hanya pemimpin yang angkuh yang tidak percaya pada Tuhan. Sejarah membuktikan dengan adanya Fir’aun pada zaman Nabi Musa As. Manusia adalah makhluk lemah, seorang pemimpin yang adil dan ideal pasti mengetahui dan menyadari hal tersebut,tidak ada kesempurnaan dalam dirinya semuanya hanyalah amanah dan titipan yang Allah berikan, lakukan sebaiknya dan bermanfaatlah kepada orang banyak karena kita lah khalifah yang diutus Allah di muka bumi ini. Maka dari itu, poin paling penting dalam kriteria menentukan pemimpin adalah harus cerdas secara Spiritual. Karena agama adalah norma paling penting dalam mengatur tindak-tanduk kita di dunia ini. Pemimpin yang ideal pasti berpegangan pada agama, tapi orang yang berpegangan pada agama belum tentu pemimpin yang ideal, kenapa??
Selain Cerdas secara spiritual seperti yang dipaparkan diatas, pemimpin yang ideal juga harus cerdas secara emosional. Yup, perilaku keseharian dia, hubungan dia sesama manusia, perilaku dia terhadap orang sekitarnya, terhadap lingkungannya, terhadap dunia ini. Itulah kriteria lain untuk jadi seorang pemimpin. Karena kodratnya manusia ialah makhluk lemah yang harus bersosial untuk mencapai sebuah tujuan, maka seorang pemimpin pasti sadar bahwa dia membutuhkan orang lain untuk saling mengisi dan menutupi kekurangannya. No one can stand alone. Keputusan yang tepat berasal dari pengalaman dan pembelajaran berkelanjutan. Jika kita memisalkan diri kita gelas, apa yang akan kita tuangkan kepada orang lain apabila gelas tersebut jarang diisi. Maka seorang pemimpin pastilah orang yang akan terus belajar, terus mendengar, terus memberi karena dengan seperti itulah dia akan memberikan hal postif bagi orang yang dipimpinnya. Oleh karena itu dibutuhkan lah sosok yang karismatik, bertanggung jawab, dan mempunyai kepedulian tinggi. Teruslah belajar, teruslah merendah, teruslah bermanfaat terhadap orang lain. Selain itu, seorang pemimpin juga harus pandai dalam menempatkan posisinya dalam keadaan yang berbeda-beda. Seperti membaur tapi tak melebur. Dia harus punya prinsip yang kuat sehingga keyakinan dia tak digoyangkan oleh orang-orang yang mengambil keuntungan. Pemimpin boleh salah, tapi pemimpin tak boleh ragu-ragu. Dan tentu dia harus punya pengaruh yang kuat terhadap orang-orang disekitarnya.
Lalu poin yang ketiga ialah cerdas secara intelektual. Kenapa ini begitu penting?? Ya seorang pemimpin harus cerdas secara intelektual karena pengalaman dan pendidikan yang pernah dia alami yang menentukan arah dalam setiap pengambilan keputusan. Intelektualitas tidak hanya tercermin dari indeks prestasi yang ditorehkan, mungkin itu hanya salah satu indikator, tetapi juga harus mempunyai pengetahuan yang luas akan berbagai hal.  Pemimpin yang cerdas secara intelektual akan memberikan pengaruh positif dalam segala tindakannya. Dia akan memberikan ide-ide brilian dalam setiap kegiatan keorganisasian. Inovasi dan kreatifitas yang dia punya akan semakin menggairahkan atau memotivasi bawahannya untuk terus berkembang. Intinya dia akan jadi teladan bagi anggotanya untuk memacu diri mereka menjadi insan yang berkualitas. Sejarah membuktikan, seorang pemimpin ialah orang yang mempunyai pengetahuan yang unggul dibanding lainnya. Seorang Hitler ialah orang yang jago dalam taktik. Dia berhasil memenangkan berbagai peperangan karena intelektualitas dia dalam strategi perang. Bukanlah suatu kebetulan kalau Jerman bisa mengancam dunia di bawah kendali Hitler meski pengalaman pendidikan Hitler tidak terlalu mentereng. Tapi tentu kehancuran yang akhirnya dia dapat, karena dia tidak mampu memenuhi kedua aspek sebelumnya.
Menurut saya, ketiga aspek tersebut mencakup hal-hal yang sangat mendasar dalam kriteria untuk menjadi pemimpin yang adil dan ideal. Cerdas spiritual menjadi landasan utama, lalu dia juga harus Cerdas secara emosional dan setelah keduanya terpenuhi, seorang pemimpin juga harus cerdas secara intelektual. Perlu proporsi yang seimbang dalam pemenuhan ketiga karakter tersebut, karena kurang satu karakter saja dapat memengaruhi jalannya kepemimpinan tersebut. Tetep semangat, istiqamah, belajar dan senyum. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak dengan berkomentar ya!