Minggu, 27 Mei 2012

KEPEMIMPINAN

Oleh : Alfian Surya Wicaksono (Calon BLM PBB)


Tidak dapat dipungkiri bahwa negiri kita saat ini sedang membutuhkan seorang pemimpin yang sebenarnya. Pemimpin yang benar – benar bisa mengayomi rakyatnya dan mengatur negeri ini dengan sebaik – baiknya. Sejarah pernah mencatatkan tinta emas nama – nama besar pemimpin yang menjadi teladan karena jiwa kepemimpinannya yang sangat kuat. Namun, sulit sekali untuk menemukan orang – orang seperti pahlawan tersebut. Model pemimpin sekarang kebanyakan mengiming – imingi kesejahteraan kepada rakyat dan akan menindak semua penyimangan – penyimpangan yang terjadi secara tegas. Mereka seolah – olah mengiba dengan mengumbar janji – janji kepada rakyat untuk mendapatkan dukungan. Pada kenyataannya, omongan – omongan mereka hanya menjadi angin berlalu ketika mereka benar – benar terpilih menjadi pemimpin. Mereka seakan menjadi orang yang terkena penyakit pikun atau lupa ingatan terhadap apa yang mereka lontarkan dan janjikan di saat kampanye. Mereka cenderung hanya mementingkan dirinya atau kelompoknya sendiri sehingga aspirasi rakyat hampir sama sekali tidak digubris. Telinga mereka seakan tebal dengan demo – demo yang dilakukan rakyat yang sangat geram kepada sang pemimpin dan bahkan buta dengan aksi – aksi anarkis rakyat yang sudah tidak bisa menahan emosi mereka. Pemimpin pun mengkhianati rakyat yang telah mempercayakan jabatan pemimpin tersebut. Seakan tidak ada lagi istilah “Pemimpin adalah wakil rakyat” di dalam kamus mereka.
Penyimpangan – penyimpangan yang menjadi PR besar mereka, seperti KKN, masih saja terjadi walaupun hal itu sudah mereka janjikan akan diberantas sampai ke akar – akarnya dan bahkan mereka membentuk  badan khusus untuk menangani masalah itu. Namun, itu semua seakan menjadi nol besar lantaran kepentingan pribadi yang mereka perjuangkan. Mereka seakan lemah atau tidak tegas sama sekali ketika kelompoknya sendiri yang terlibat dalam suatu kasus. Seolah ada seribu satu alasan yang dapat melindungi kelompok mereka, sedangkan bagi rakyat biasa yang terkena kasus seakan penegak hukum menjadi sangat tegas setegas – tegasnya dalam menanganinya dan tidak ada ampun bagi mereka yang melanggar hukum, kecuali mereka ada uang pelumas untuk menghambat bahkan membebaskan kasus mereka. Inilah yang terjadi dalam lingkungan kepemimpinan di negeri kita. Rakyat pun menjadi antipemerintah akibat ulah mereka sendiri. Krisis kepercayaan pun saat ini menjadi permasalahan di negeri ini. Seakan apa saja yang dilakukan pemimpin dianggap rakyat sebagai tipu muslihat atau langkah – langkah untuk memperjuangkan kepentingan pemimpin sendiri yang sama sekali tidak memihak rakyat walaupun sebenarnya pemimpin tersebut sudah melakukan keputusan terbaik. Menjadi serba salah bagi si pemimpin. Sungguh tidak ada lagi wibawa ketika krisi kepercayaan melanda.
Pemimpin yang sebenarnya adalah seorang yang mempunyai integritas moral yang tinggi,  ilmu pengetahuan luas,  kapabilitas kepemimpinan yang tidak diragukan, ketegasan, kejujuran, kecerdasan, keberanian, mental baja dan banyak lagi karakter lainnya. Seorang pemimpin harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi sehingga dapat menjadi manajer atas apa yang diembannya. Pemimpin berwenang untuk membentuk badan – badan yang akan menjadi pembantu dalam melaksanakan tugasnya. Di sinilah fungsi pemimpin, dapat mensinergikan pembantu – pembantu mereka sehingga kinerja menjadi optimal. Pemimpin harus dapat memecahkan berbagai masalah yang terjadi di dalam lingkungannya dengan bertindak tegas atas penyimpangan – penyimpangan yang terjadi tanpa harus melihat dulu siapa yang terlibat dalam kasus tersebut. Dibutuhkan ketegaran, mental baja, dan pantang menyerah dalam mengahadapi masalah – masalah tersebut sehingga pemimpin tidak frustasi dan kehilangan akal yang mengakibatkan mereka mengambil keputusan atau mengeluarkan kebijakan bodoh atau bahkan lari dari masalah dengan mengalihkan isu – isu yang itu sangat tidak pantas pemimpin lakukan.  Kecerdasan mereka dapat dimanfaatkan untuk mencari jalan keluar terbaik dalam menyelesaikan masalah tersebut. Semua kebijakan maupun keputusan yang mereka ambil harus diiringi dengan tanggung jawab tinggi dengan siap menanggung segala risiko yang akan terjadi.
Memimpin tidak hanya menguasai, tetapi juga siap untuk berkorban. Inilah yang dinamakan “Leiden is ujden, memimpin adalah menderita”. Penderitaan bagi seorang pemimpin tentu berawal dari keinginannya untuk berkorban dan mengorbankan segala waktu, tenaga, perasaan, dan semua yang dimilikinya demi kesejahteraan orang-orang yang mereka pimpin.  Jika masih ada rakyat yang mereka pimpin tidak memiliki makanan, pakaian compang camping,  tidur di rumah yang tidak layak huni dan tidak berpendidikan,  apalagi sampai bunuh diri karena tekanan ekonomi, itu adalah derita bagi seorang pemimpin. Artinya,  sebelum orang-orang yang mereka pimpin bahagia, tidur dengan lelap, hidup sejahtera dan berada dalam suasana kenyang, maka pemimpin yang benar tidak akan menyatakan dirinya sebagai seorang pemimpin. Sangat tidak pantas jika seorang pemimpin bisa tertawa terbahak – bahak, makan denga lahapnya, tidur pulas, dan mengkalim dirinya sebagai pemimpin yang berhasil jika masih ada rakyat yang berada dalam kesengsaraan.
Dengan demikian, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat mengatur lingkungannya dan rela berkorban untuk semata – mata kemakmuran rakyatnya. Janji – janji manis ketika kampanye harus ditepati agar tidak menimbulkan kekecewaan pada rakyat. Hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu dan masalah – masalah yang timbul harus diselesaikan dengan mencari jalan keluar terbaik dan segala keputusan yang diambil harus dilandasi dengan tanggung jawab besar dan siap menanggung segala risiko yang terjadi. Rela berkorban atas kepentingan pribadinya diperlukan untuk lebih menanamkan rasa peduli tinggi terhadap keadaan rakyatnya. Kita sebagai generasi penerus bangsa hendaknya mulai dini menanamkan jiwa kepemimpinan untuk bekal di masa mendatang. Sebenarnya dengan mengikuti atau bahkan memimpin sebuah organisasi, kita akan menjalani bagaimana rasanya menjadi pemimpin yang sama sekali tidak memikirkan pamrih karena dalam organisasi sangat murni dibutuhkan keloyalan dan pengorbanan agar bisa menjalan organisasi tersebut sesuai dengan tujuan dan fungsinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak dengan berkomentar ya!