Minggu, 27 Mei 2012

Essay Kepemimpinan


 Oleh: Ilman Akbar (Calon BLM Administrasi Perpajakan)

            Kepemimpinan, sebuah kata yang tidak asing didengar oleh siapapun. Sebuah kata yang erat melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Kata yang mewakili makna kompleks yang terkandung di dalamnya, proses-prosesnya, latar dan bentuknya, serta tujuannya. Selanjutnya, dalam tulisan ini, saya mencoba menyampaikan beberapa warna dari kepemimpinan, membandingkannya, dari sudut pandang seorang mahasiswa.

1.    Definisi Kepimpinan
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing. Namun dari berbagai definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok

           
2.    Ragam Kepemimpinan
Selanjutnya, kepemimpinan memiliki banyak gaya pembawaan sesuai kehendak seorang pemimpin. Sedikitnya ada tiga gaya kepemimpinan yang umum menurut University of Iowa Studies yang dikutip Robbins dan Coulter (2002) :

a.    Gaya Kepemimpinan Otoriter (Authoritarian)
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Komando terpusat berada mutlak dalam kuasa seorang pemimpin. Hampir-hampir tidak ada ruang bagi bawahan untuk menginterupsi. Dalam kondisi ekstrem, seorang pemimpin otoriter memperlakukan bawahannya hanya sebagai objek, tidak memperhatikan kebutuhan bawahan. Pemimpin cenderung menjaga jarak dengan bawahannya. Dalam definisinya gaya kepemimpinan ini memang terlihat kejam, namun untuk beberapa kondisi, gaya kepemimpinan semacam ini justru dapat lebih menghasilkan keputusan-keputusan yang cepat dan efektif.

b.    Gaya Kepemimpinan Demokratis (Democratic)
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan demokratis memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya. Kreatifitas dan improvisasi dari bawahan diakomodasi secara khusus oleh pemimpin dengan tipe ini. Dalam hal pengambilan keputusan ditentukan dengan diskusi dan partisipasi aktif dari bawahannya.

c.    Gaya Kepemimpinan Bebas/’kebapakan’ (Laissez Faire)
Pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi. Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan memberikan bawahan atau kelompoknya kebebasan dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002). Pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini memberikan kebebasan penuh bagi bawahannya dalam pengambilan keputusan dengan partisipasi minimal dari seorang pemimpin. Lebih lanjut, pemimpin dengan gaya Laissez faire membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri. Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum saja.

Selain ketiga gaya kepemimpinan di atas, ada juga beberapa gaya kepemimpinan berdasarkan kepribadian:
1.    Gaya Kepemimpinan Karismatis
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan.
Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Pemimpin dengan gaya ini menarik oran dengan ‘mulutnya’, namun tidak semuanya dapat direalisasi. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.

2.    Gaya Kepemimpinan Diplomatis
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyenangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Sehingga pemimpin dengan gaya ini dalam beberapa situasi yang menekan terkesan lembek dan tidak ada inisiatif. Seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin.

3.    Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah – langkahnya penuh perhitungan dan sistematis. Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya.

4.    Gaya Kepemimpinan Moralis
Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya, mereka hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang – orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya. Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak stabil, moody, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat.

Dari beberapa macam bentuk kepemimpinan yang sudah saya sampaikan, muncul sebuah pertanyaan, “Manakah bentuk kepemimpinan yang lebih baik?”. Maka, saya akan menjawab, bentuk kepemimpinan yang paling tepat adalah sesuai dengan kondisi yang ada, di saat suatu bentuk kepemimpinan itu diperlukan. Jika kondisinya dalam keadaan serba genting dan mendesak, membutuhkan keputusan yang segera, tidaklah bijak menerapkan gaya kepemimpinan yang demokratis. Saat kondisi perang, pada saat-saat tertentu, seorang panglima perang dituntut untuk mempunyai naluri dalam mengambil keputusan (otoriter). Namun, jika kondisinya memungkinkan untuk diadakannya sebuah perundingan, maka gaya kepemimpinan yang demokratis adalah bentuk yang tepat untuk digunakan.
Jadi, sesuai atau tidaknya kepemimpinan seseorang, harus bisa menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak dengan berkomentar ya!