Minggu, 27 Mei 2012

Kepemimpinan Dalam Diri Pemimpin

Oleh: Rani Tyas Permanasari (Calon BLM Administrasi Perpajakan)

Pemimpin. Sebuah kata sederhana yang sarat akan makna dan penafsiran. Teringat salah satu mata kuliah 2 semester lalu, Pengantar Ilmu Ekonomi, dosen saya berkata bahwa, kata pemimpin itu jauh berbeda dari kata pimpinan. Meskipun keduanya memiliki kata dasar yang sama yaitu “pimpin”. Pimpinan lebih diidentikkan dengan seseorang yang memiliki jabatan dan kekuasaan untuk memimpin. Tidak peduli bagaimanapun sifatnya, tidak peduli bagaimanapun trade record nya, bahkan tak peduli bagaimanapun dia memperoleh kekuasaan itu, intinya dia adalah yang memimpin. Dia yang mempunyai kekuasaan, suka atau tidak suka. Berbeda dengan pemimpin. Seorang pemimpin itu tidak identik dengan jabatan. Tapi identik dengan kemampuan seseorang untuk mengatur, mengorganisasi, bahkan mempengaruhi seseorang yang lain untuk bekerjasama mencapai tujuan bersama pula.

                   Namun dalam sebuah organisasi, pemimpin saja tidak cukup. Pemimpin yang baik tanpa adanya kemampuan memimpin yang memadai tentu tidak akan menghasilkan sebuah organisasi yang baik pula. Kemampuan memimpin inilah yang disebut kepemimpinan. Pemimpin dan kepemimpinan merupakan dua elemen yang saling berkaitan. Artinya, kepemimpinan (style of the leader) merupakan cerminan dari karakter atau perilaku pemimpinnya (leader behavior). Perpaduan antara “leader behavior dengan leader style” ini lah yang menjadi kunci keberhasilan pengelolaan visi dan misi sebuah organisasi.
                   George R. Terry, seorang ahli manajemen, pada tahun 2006 mengemukakan mengenai delapan ciri – ciri kepemimpinan dari seorang pemimpin. Menurutnya, seorang pemimpin harus memiliki kapabilitas dan kredibilitas yang telah ditentukan batas – batasnya. Karena kapabilitas dan kredibilitas seorang pemimpin itu yang nantinya sangat mempengaruhi tingkat pencapaian visi dan misi dalam sebuah organisasi.
                   Ciri kepemimpinan pertama yang dikemukakan oleh George R. Terry, seorang pemimpin harus enerjik. Dalam artian, dia harus memiliki kekuatan mental dan fisik yang memadai. Kedua, seorang pemimpimpin harus memiliki stabilitas emosi yang tinggi. Stabilitas emosi di sini dapat diukur dari berbagai macam aspek. Diantaranya adalah dia tidak memiliki prasangka buruk pada bawahan, tidak mudah marah, dan memiliki kepercayaan diri serta ketenangan yang tinggi dalam menghadapi berbagai macam situasi. Ketiga, seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan mengenai hubungan antar manusia, setidaknya dia mengerti dan memahami hakikat bekerja sama (work in team). Keempat, Seorang pemimpin yang mumpuni harus memiliki motivasi diri yang kuat. Bukan hanya sekedar keinginan. Karena motivasi tersebut nantinya juga harus menjadi motivasi bagi seluruh elemen organisasi. Kelima, seorang pemimpin harus memiliki kecakapan dalam berkomunikasi dan bernegoisasi yang handal untuk menunjang kelangsungan pencapaian visi dan misi. Keenam, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menjadi mentor, menjadi sarana pengembangan diri, dan menjadi role model bagi orang – orang yang dipimpinnya. Ketujuh, seorang pemimpin harus memiliki keahlian sosial yang tinggi untuk meningkatkan kepercayaan orang lain terhadapnya. Dan yang terpenting, dia harus luwes dalam bergaul untuk menciptakan suasana yang nyaman dalam organisasi. Kedelapan, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan teknik. Dalam hal kecakapan dalam menganalisis, merencanakan, mengorganisasikan wewenang, mengambil keputusan, dan mampu menyusun konsep.
                   Di atas semua yang telah dijabarkan oleh George R. Terry, menurut saya ada satu poin penting yang tidak boleh hilang, yaitu sehebat – hebatnya pemimpin adalah apabila dia ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan pribadinya. Sehebat apapun seorang pemimpin itu, apabila ia memiliki ambisi pribadi dan memiliki ego yang besar untuk mencapai ambisi pribadinya tersebut, maka semuanya akan sia – sia. Karena yang terpenting dalam sebuah organisasi adalah pencapaian visi dan misi bersama. Bukan pencapaian pribadi pemimpin. Pemimpin yang hebat pasti tidak egois (selfless) dan tidak mengarahkan sikapnya untuk selalu mencari cara mewujudkan kepentingan pribadi (self-centered). Misi terpenting seorang pemimpin bukanlah mendapat kekayaan pribadi, ketenaran pribadi, kesuksesan karir pribadi, kebanggaan pribadi, atau ketenaran pribadi. Mungkin bagi sebagian besar orang semua hal itu penting. Tapi yang perlu digaris bawahi adalah, tidak menjadikan kepentingan – kepentingan pribadi itu sebagai tujuan dan misi. Great leader are servants who facilitate the success of others. Fokus perhatian utama dan misi utama  seorang pemimpin adalah mencapai kebaikan dan kesuksesan bagi organisasi dan orang-orang yang dipimpinnya. Itu yang terpenting.
                   Dari seluruh penjabaran peran – peran yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin di atas, tentu dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa, untuk menjalani peran sebagai seorang pemimpin, sesorang harus memiliki kapabilitas untuk memimpin dirinya sendiri terlebih dahulu. Secara logika, bagaimana mungkin sesorang menjadi pemimpin yang handal tanpa adanya kemampuan diri untuk mengatur dan memimpin dirinya sendiri. Menurut saya hal itu mustahil dilakukan. Seseorang membutuhkan personal leadership yang kuat untuk benar – benar bisa menjadi pemimpin yang hebat.
                   Richard W. James, seorang penulis buku mengenai kepemimpinan, menyatakan ada tiga hal dasar untuk mencapai personal leadership. Pertama adalah seseorang harus memiliki prinsip (principle-centered). Prinsip adalah konsepsi nilai – nilai yang melekat dalam kehidupan seseorang. Prinsip ini dapat membantu seseorang untuk menentukan sikap dalam menghadapi setiap permasalahan yang dihadapinya. Apabila seseorang tidak memiliki prinsip, maka dia akan mudah diombang – ambingkan oleh keadaan. Prinsip ini merupakan panduan utama dalam memimpin diri sendiri. Kedua adalah seseorang harus memiliki sikap (attitude-driven). Sikap merupakan bentuk luar dari sebuah prinsip. Sikap yang positif muncul dari prinsip hidup yang positif. Begitu pula sebaliknya. Dalam studi terbaru disebutkan bahwa, kesuksesan seseorang ditentukan oleh 80% sikap hidupnya. Ketiga adalah seseorang harus memiliki komitmen untuk melaksanakan apa yang telah disusun (practice-commited). Komitmen adalah bagian untuk membentuk sebuah perilaku. Dalam memaksimalkan prinsip  untuk memimpin, maka dibutuhkan komitmen pelaksanaan. Ketika seseorang berprinsip untuk hidup disiplin, maka dia harus berkomitmen untuk datang tepat waktu, berkomitmen untuk mengerjakan pekerjaan tepat waktu, dan berkomitmen untuk tidak menunda - nunda pekerjaan.
                   Hal – hal yang telah saya sebutkan dan uraikan di atas merupakan hal – hal yang penting sekali dimiliki seseorang sebagai bekal untuk menjadi seorang pemimpin. Tidak menutup kemungkinan adanya poin – poin lain yang perlu ditambahkan. Karena ilmu kepemimpinan bukan merupakan ilmu eksakta. Tapi ilmu yang dinamis sesuai dengan kebutuhan. Pada dasarnya setiap manusia adalah seorang pemimpin. Pemimpin bagi dirinya sendiri. Dan sebaik – baik pamimpin adalah hati nurani kita. Apabila kita terbiasa mengasah mental dan spiritual kita dengan baik, maka nurani kita pun akan senantiasa terjaga. Dan memimpin dengan menggunakan nurani yang bersih dan terjaga pasti akan membuat kita menjadi pemimpin yang hebat bagi diri sendiri dan orang lain.
                  
                  
                                                                                                Ditulis oleh : Rani Tyas Permanasari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak dengan berkomentar ya!